SLR-FARHANETERNITE.blogspot.com (Source : serietno.blogspot.com)
A.
PERJUANGAN FISIK
DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
Pada tanggal
8 September 1945 tentara sekutu tiba di Indonesia. Kedatangan tentara Sekutu di Indonesia disambut baik oleh
rakyat. Tujuan mereka, yaitu melucuti senjata tentara Jepang, membebaskan
tawanan Jepang, dan mencari penjahat perang. Namun, kedatangan tentara Sekutu
diboncengi orang-orang Belanda. Belanda datang kembali ke Indonesia untuk
membuat pemerintahan sipil yang disebut NICA (Netherland Indies Civil
Administration). Tindakan tersebut
mendapat perlawanan dari para pejuang Indonesia.
1.
Pertempuran 10
November
Tentara
Sekutu (Inggris) pertama kali mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945.
Pendaratan ini dipimpin Brigadir
Jenderal A.W.S. Mallaby. Dua hari kemudian tentara Inggris menyerbu
penjara republik untuk membebaskan perwira-perwira Sekutu. Pada tanggal 28
Oktober 1945, pos-pos Sekutu di seluruh kota Surabaya diserang oleh rakyat
Indonesia. Dalam berbagai serangan itu, pasukan Sekutu terjepit. Pada tanggal 29
Oktober 1945, para pemuda dapat menguasai tempat-tempat yang telah dikuasai
Sekutu.
Pada tanggal
30 Oktober 1945 terjadi pertempuran di gedung Bank International, tepatnya di
Jembatan Merah. Dalam peristiwa itu, Brigjen Mallaby tewas. Menanggapi peristiwa
ini, pada tanggal 9 November 1945, pimpinan sekutu di Surabaya mengeluarkan
ultimatum. Isi ultimatum itu adalah: “Semua pemimpin dan orang-orang Indonesia
yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang
telah ditentukan, kemudian menyerahkan diri dengan mengangkat tangan. Batas
waktu ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Jika
sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan diserang
dari darat, laut, dan udara”.
Batas waktu
itu tidak diindahkan rakyat Surabaya. Oleh karena itu, pecahlah pertempuran Surabaya pada tanggal 10
November 1945. Salah satu pemimpin arek-arek Surabaya, antara adalah Bung Tomo.
Untuk memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya itu, pemerintah menetapkan
tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
2.
Bandung Lautan
Api
Tentara Sekutu
memasuki Kota Bandung pada Oktober 1945. Tentara Sekutu
mengeluarkan ultimatum yang isinya agar para pemuda menyerahkan senjata yang
dirampas dari tangan Jepang. Ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh para
pemuda. Pada 23 Maret 1946, pasukan Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua. Isinya
agar Kota Bandung bagian selatan segera dikosongkan. Para pejuang yang dipimpin Kolonel A.H.
Nasution sepakat untuk mematuhi ultimatum demi keselamatan rakyat dan
kepentingan politik pemerintah
RI.
Sebelum
meninggalkan Kota Bandung, para pejuang membumi hanguskan Kota Bandung. Pada
malam hari 23 Maret 1946, gedung-gedung penting dibakar. Peristiwa tersebut
dikenal dengan "Bandung Lautan Api". Dalam peristiwa tersebut, gugur seorang
pejuang Mohammad Toha.
3.
Pertempuran Medan
Area
Pasukan
Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mulai mendarat di Medan
(Sumatera Utara) pada tanggal 9 Oktober 1945. Para pemuda dipelopori oleh Achmad
Tahir, seorang mantan perwira Tentara Sukarela
(Giyugun) membentuk Barisan Pemuda Indonesia.
Pada tanggal
13 Oktober 1945 terjadi insiden di sebuah hotel di Jalan Bali, Medan. Seorang
anggota NICA menginjak-injak bendera merah putih yang dirampas dari seorang
pemuda. Pada tanggal 1 Desember 1945 pihak Inggris memasang papan-papan
pengumuman bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area.” Dengan cara itu, Inggris
menetapkan secara sepihak batas-batas kekuasaan mereka. Sejak saat itulah
dikenal istilah Pertempuran Medan Area.
4.
Pertempuran
Ambarawa
“Pertempuran
Ambarawa” diawali oleh mendaratnya tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir
Jenderal Bethel di Semarang. Pada tanggal 21 November 1945 terjadi pertempuran, dalam pertempuran itu, Letnan Kolonel Isdiman
gugur. Pimpinan pasukan kemudian dipegang oleh Kolonel Sudirman, Panglima Divisi
Banyumas.
Pada 12 sampai 15 Desember 1945 terjadi pertempuran hebat yang dikenal dengan
sebutan Palagan Ambarawa. Dalam pertempuran ini Sekutu dapat diusir ari
Ambarawa. Peristiwa ini diabadikan oleh pemerintah dengan dibangunnya Untuk mengenang peristiwa ini, dibuatlah
Monumen Palagan Ambarawa. Pada 15 Desember dijadikan sebagai Hari
Infanteri.
5.
Pertempuran Lima Hari
di Semarang
Pada tanggal 15 — 20 Oktober 1945 di Semarang terjadi pertempuran
hebat antara pejuang Indonesia dengan tentara Jepang. Peristiwa ini diawali
dengan adanya desas-desus bahwa cadangan air minum di Candi, Semarang diracun
oleh Jepang. Untuk membuktikan kebenarannya, Dr. Karyadi, kepala laboratorium
Pusat Rumah Sakit Rakyat melakukan pemeriksaan. Pada saat melakukan pemeriksaan,
ia ditembak oleh Jepang sehingga gugur. Dengan gugurnya Dr. Karyadi kemarahan
rakyat khususnya pemuda tidak dapat dihindarkan dan terjadilah pertempuran yang
menimbulkan banyak korban jiwa. Untuk mengenang peristiwa itu, di Semarang
didirikan Tugu Muda. Untuk mengenang jasa Dr. Karyadi diabadikan menjadi nama
sebuah Rumah Sakit Umum di Semarang.
6.
Perang Puputan di
Bali
Perang
Puputan di Bali dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. I Gusti Ngurah Rai dan
pasukannya, Ciung Wanara. Pertempuran ini dimulai April 1946 di Denpasar. Mereka
bertahan di Desa Marga. Di daerah ini pasukan I Gusti Ngurah Rai mengadakan
perang habis-habisan (Puputan). Akhirnya I Gusti Ngurah Rai dan sebagian besar
pasukannya meninggal. Perang ini juga disebut pertempuran Margarana (18 November
1946).
B.
PERJUANGAN DIPLOMASI
DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
1.
Perundingan
Linggajati
Dalam upaya
perdamaian, Inggris mempertemukan
Belanda dan Indonesia di Linggajati, sebelah Selatan Cirebon (sekarang Kabupaten
Kuningan), Jawa Barat. Dalam perundingan ini Indonesia diwakili oleh Perdana
Menteri Sutan Syahrir, Belanda diwakili oleh
Van
Mook.
Hasil perundingan ditandatangani pada 25 Maret
1947. Isinya sebagai berikut.
(1) Belanda mengakui
wilayah Indonesia secara de facto yang meliputi Sumatra, Jawa, dan
Madura.
(2) Republik
Indonesia bersama Belanda bekerja sama
membentuk negara Republik Indonesia Serikat
(RIS).
(3) Bersama-sama
membentuk Uni Indonesia Belanda dengan
Ratu Belanda sebagai ketuanya.
2.
Agresi Militer
Belanda I
Pada 21 Juli
1947, Belanda melakukan serangan militer yang disebut sebagai Agresi Militer Belanda I. TNI melawan serangan agresi Belanda tersebut
menggunakan taktik gerilya. TNI berhasil membatasi gerakan Belanda hanya di
kota-kota besar saja dan di jalan raya.
Untuk
menyelesaikan masalah Indonesia-Belanda, pihak PBB membentuk Komisi yang dikenal
dengan nama Komisi Tiga Negara (KTN). Tugas KTN adalah menghentikan sengketa
RI-Belanda. Indonesia diwakili oleh
Australia, Belanda diwakili oleh Belgia, dan Amerika Serikat sebagai penengah.
Adapun delegasinya adalah sebagai berikut!
a. Australia,
diwaktli oleh Richard Kirby
b. Belgia, diwakili
oleh Paul Van Zeland
c. Amerik.a
Serikat, diwakili oleh Dr. Frank Graham.
3.
Perjanjian
Renville
Pada tanggal
8 Desember 1948 di atas kapal Amerika Serikat "USS Renville" yang sedang
berlabuh di Teluk Jakarta diadakan perjanjian Renville. Dalam perundingan itu
Negara Indonesia, Belanda, dan masing-masing anggota KTN diwakili oleh sebuah
delegasi.
1) Delegasi
Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.
2) Delegasi Belanda
dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
3) Delegasi
Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.
4) Delegasi Belgia
dipimpin oleh Paul van Zeeland.
5) Delegasi Amerika
Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.
Perjanjian
Renville sangat merugikan pihak Indonesia karena wilayahnya makin sempit. Isi
perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut.
(1) Belanda tetap
berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai dengan terbentuknya Republik
Indonesia Serikat (RIS).
(2) Sebelum RIS
dibentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintah
federal.
(3) RIS mempunyai
kedudukan sejajar dengan Negara Belanda
dalam Uni Indonesia-Belanda.
(4) Republik
Indonesia merupakan bagian dari RIS.
4.
Agresi Militer
Belanda II
Pada 18
Desember 1948, Belanda di bawah pimpinan Dr. Bell mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi
oleh Persetujuan Renville. Pada 19 Desember 1948 Belanda mengadakan Agresi
Militer II ke ibu kota Yogyakarta. Dalam agresi itu Belanda dapat menguasai
Yogyakarta.
Presiden
Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan ke Pulau
Bangka. Beliau lalu mengirimkan mandat lewat radio kepada Mr. Syaffruddin
Prawiranegara. Isinya agar membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia
(PDRI), di Bukit Tinggi Sumatra Barat.
Pada 1 Maret
1949 Brigade X mengadakan serangan umum ke Yogyakarta. Penyerangan ini dipimpin Letkol. Soeharto.
Serangan ini memakai sandi "Janur Kuning". Serangan ini dikenal juga dengan
"Serangan Umum 1 Maret". Dalam penyerangan ini Tentara Republik Indonesia dalam
serangan ini berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama 6
jam.
C.
PERUNDINGAN DALAM
USAHA PENGAKUAN KEDAULATAN
Indonesia
telah beberapa kali mengadakan perundingan dengan Belanda. Namun, perjanjian itu
selalu dilanggar oleh Belanda. Selanjutnya, komisi PBB untuk Indonesia atau UNCI
(United Nations Comission for Indonesia) mempertemukan kembali Belanda dengan
Indonesia di meja perundingan.
1.
Perjanjian
Roem-Royen
Perjanjian
Roem-Royen ditandatangani di Jakarta pada 7 Mei 1949. Pihak Indonesia dipimpin
oleh Mr. Moh. Roem dengan anggota Drs. Moh. Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX,
sedangkan Belanda diwakili oleh Dr. Van Royen. Isi perjanjian Roem-Royen sebagai berikut.
(1) Penghentian
tembak-menembak antara Indonesia dan Belanda.
(2) Pengembalian
pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.
(3) Pembebasan para
pemimpin RI yang ditahan Belanda.
(4) Segera
mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Hag,
Belanda.
2.
Konferensi
Inter-Indonesia (KII)
KII diadakan
oleh bangsa Indonesia sendiri, yaitu antara delegasi RI dan BFO (Bijeen
komstvoor Federal Overleg). Dalam konferensi ini delegasi RI dipimpin Drs. Moh.
Hatta. BFO dipimpin oleh Sultan Hamid
II. Tujuan konferensi ini untuk
mempersatukan pendapatan yang akan diperjuangkan dalam
KMB.
3.
Konferensi Meja
Bundar (KMB)
Konferensi
Meja Bundar (KMB) dilaksanakan pada 12 Agustus hingga 2
November 1949
di Den Haag, Belanda. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Delegasi
Negara Federal atau BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II. Delegasi Belanda dipimpin
oleh Mr. van Maarseveen. Dari UNCI
sebagai pengawas dan penengah diwakili oleh Chritchley. Hasil perjanjian KMB
sebagai berikut.
1) Dibentuknya
Negara Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada
RIS pada akhir Desember 1949.
2) Akan dibentuk
Uni Indonesia-Belanda.
3) Irian Barat akan
diserahkan kepada RIS setahun setelah penyerahan kedaulatan oleh
Belanda
D.
MENGHARGAI BEBERAPA
TOKOH PERJUANGAN DALAM MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN
1.
Ir.
Soekarno
Pada
saat Agresi Militer Belanda I, pada 19
Desember 1948, Ir. Soekarno ditangkap dan diasingkan ke
Bangka.
2.
Drs. Mohammad
Hatta
Beliau
selalu tampil di
berbagai perundingan dalam
penyelesaian masalah pengakuan kedaulatan RI. Bung Hatta selalu `berusaha
memperbaiki ekonomi rakyat. Atas gagasan beliaulah di Indonesia didirikan koperasi sehingga mendapat julukan sebagai
bapak koperasi Indonesia. Pada 1 Desember 1956, Bung Hatta mengundurkan diri
dari jabatan wakil presiden RI.
3.
Sri Sultan
Hamengkubuwono IX
Sri Sultan
Hamengkubuwono IX adalah seorang raja. Ia juga sebagai pemimpin perjuangan
bangsa dalam menghadapi serbuan Belanda. Pada
19 Agustus 1945, ia menyatakan bahwa Yogyakarta yang berbentuk kerajaan
itu menjadi bagian dari negara Republik Indonesia.
Pada serangan
umum 1 Maret 1949, Sultan Hamengkubuwono IX membantu TNI dengan membangun kubu
pertahanan di dalam keraton sebagai tempat persembunyian. Sri Sultan
Hamengkubuwono IX juga turut berperan dalam menandatangani hasil KMB di
Belanda.
Dalam sidang
kabinet pertama RI pada 13 Juli 1949, beliau terpilih sebagai Menteri
Koordinator Pertahanan. Jabatan penting lain yang pernah dipegang, antara lain
wakil perdana mentri, Ketua Badan Pengawas Keuangan, dan Menteri Utama bidang
Ekonomi dan Keuangan.
4.
Panglima Besar
Soedirman
Peranan
Jenderal Sudirman dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sangat
besar. Sebagai Panglima TKR, Divisi V Banyumas, Sudirman memimpin Pertempuran
Ambarawa dan berhasil mengusir tentara Inggris. Pada tanggal 18 Desember 1945,
Sudirman diangkat oleh menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat
jenderal.
IPS PERJUANGAN DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN | http://slr-farhaneternite.blogspot.com/2014/12/..farhan..perjuangan-dalam-mempertahankan-kemerdekaan.html | Konferensi - Konferensi Perjuangan Dalam Mempertahankan Kemerdekaan | Perjuangan Pahlawan Negara Dalam Membela Dan Mempertahankan Kemerdekaan Negara Indonesia |
ReplyDelete